Information : Overload!
Tuesday, December 9, 2014
0
comments
Kajian Singkat tentang menanggapi Informasi dan Hubungannya dengan Stress dan Frustasi.
Berlimpahnya informasi adalah salah satu penyebab tertinggi munculnya keluhan,di sini saya tidak memberikan pengobatan atau problem solving terhadap penerima ataupun penyampai keluhan, hanya memberikan rangkuman singkat mengenai peralihan objektivitas, pencarian secara runtut akan kebenaran secara kritis.
Ketegangan yang disebabkan informasi berlebihan yang berdatangan sepertinya muncul dari konflik dasar, disebabkan oleh : kebutuhan kita untuk mendapatkan lebih banyak informasi yang lebih baik dalam kehidupan sehari-hari. Saya akan mengilustrasikan dalam pekerjaan saya sehari-hari :
"Setelah menghabiskan hari minggu yang lumayan menyenangkan, saya kembali bekerja di Kantor seperti sediakala, memeriksa daftar transaksi, meneliti keberadaan berkas. Menghidupkan semua HP ( kalau tidak digunakan di Kantor, saya matikan, daripada merepotkan ) menyalakan PC dan Laptop, memeriksa e-mail masuk. Jam 7.45 teman-teman dari kantor cabang menelepon untuk melakukan transaksi antar kantor cabang, keluhan-keluhan terhadap Salary, Kantor cabang yang lain menyapa lewat Radio Komunikasi ( Wilayah Kantor Cabang Yang belum mendapat Signal seluler ), belum pindah tempat duduk, seorang pelanggan ( saya menyebut begitu untuk pengguna jasa Kantor kami ) datang, mengadukan keterlambatan pengiriman uangnya, sementara pengiriman uang via online sedang pending ( mungkin pihak Bank ada masalah dengan Kliring mereka ), saya hanya bisa menjawab keluhan secara standar “ akan kami usahakan secepatnya, pak, mohon bapak bersabar sampai saya mengirimkan resi pengiriman.” Tanpa melakukan hal-hal tekhnis sebelum adanya persetujuan pimpinan. Masih dalam pembicaraan dengan pelanggan, muncul SMS permohonan bantuan kerusakan software dari teman, yang harus ditangani segera......."
Cerita semacam ini tidak berlebihan, bahkan setiap hari terjadi di Firma-firma, kantor, bahkan Industri Rumah Tangga. Yang paling menekan atau menurunkan moral orang yang menjalani situasi ini setiap hari adalah, pengetahuan ekonomi yang membuat informasi semakin krusial, dan kebutuhan untuk membentuk pengetahuan ini dengan cepat atau kompetitor akan mengalahkan mereka (saya), dan akhirnya inilah yang terjadi. Tidak seperti stress generik yang muncul dari berbagai tuntutan subjektive terhadap pekerjaan dan kehidupan sehari-hari, overload informasi adalah hal nyata dan bisa diukur, dan jadinya... kita menyalahkan hal tersebut sebagai penyebab munculnya stress.
Ada 800 Milyar dokumen yang ada di internet, dan akan terus berkembang mengingat pertambahan sebesar 7,3 juta halaman perhari. Dunia Internet me-launching 2 Milyar gigabyte setahun, sebuah fenomena yang memungkinkan manusia membentuk informasi baru. Menurut informasi dari majalah Fortune, sebagian besar karyawannya melaporkan ketegangan dan hilangnya kepuasan dengan rekan sekerja, akibat stress yang diasosiasikan dengan kelebihan informasi yang diterima, banyak keputusan penting yang harus diambil menjadi tertunda dikarenakan banyaknya informasi yang masuk. Saya akan kembali membuat narasi :
"Kuartal kedua untuk menutup Buku Tahunan perusahaan, Seorang Manager cabang jatuh sakit, yang kemungkinan memerlukan rawat inap dalam jangka waktu panjang, CEO mengadakan rapat dadakan untuk menentukan pengganti si Manager Cabang, dalam voting fit and proper test yang dilakukan secara tertutup, suara terpecah dengan selisih yang sangat sedikit, pemenang voting betul-betul kompeten dalam pekerjaan, tinggal menunggu Surat pengangkatan. Setelah CEO bersantai di ruangannya, banyak SMS bermunculan, yang isinya menolak keputusan pengangkatan dengan alasan yang kuat, bahkan, protes secara terang-terangan dilakukan secara ter-organisir oleh sebagian Karyawan, Email berdatangan menunjukkan data dan fakta. Pengangkatan ditunda tanpa batas waktu yang ditentukan. Perusahaan tersebut merugi karena kebimbangan sang CEO.."
Walaupun cerita diatas terdengar krusial, Informasi tetap mutlak diperlukan, overload informasi tetap saja sebuah mitos. Informasi yang terbaik adalah harus didapatkan dengan cara paling primitif : Wawancara, Kunjungan Langsung, dan Bertanya dengan Narasumber yang tepat.
Amarah, stress, Frustasi, dan rasa khawatir juga merupakan bentuk informasi, mereka menjadi penghalang timbulnya pikiran kreatif dan kritis. Masalah utama di kalangan masyarakat kontemporer adalah, banyaknya orang yang salah mengira emosi (perasaan) sebagai pikiran. Kesulitan, sensasi, emosi, dan informasi adalah awal dari perjalanan heroik dari kehidupan nyata, bukan akhir dari segalanya. Keep in touch!, informasi yang terbaik adalah metainformation : “ informasi yang memperbaiki proses yang kita gunakan untuk berinteraksi dengan informasi ”
Pertanyaannya adalah : Aku terjaga/tercipta untuk kepentingan umat manusia. Lalu mengapa aku selalu merasa tidak puas jika aku melakukan pekerjaan yang memang harus aku lakukan?, dan selalu mencari-cari alasan mengapa aku dilahirkan ke dunia ini? ( Markus Aurelius)
Semoga menjadi renungan bermanfaat, salam dari Borneo barat!
Berlimpahnya informasi adalah salah satu penyebab tertinggi munculnya keluhan,di sini saya tidak memberikan pengobatan atau problem solving terhadap penerima ataupun penyampai keluhan, hanya memberikan rangkuman singkat mengenai peralihan objektivitas, pencarian secara runtut akan kebenaran secara kritis.
Ketegangan yang disebabkan informasi berlebihan yang berdatangan sepertinya muncul dari konflik dasar, disebabkan oleh : kebutuhan kita untuk mendapatkan lebih banyak informasi yang lebih baik dalam kehidupan sehari-hari. Saya akan mengilustrasikan dalam pekerjaan saya sehari-hari :
"Setelah menghabiskan hari minggu yang lumayan menyenangkan, saya kembali bekerja di Kantor seperti sediakala, memeriksa daftar transaksi, meneliti keberadaan berkas. Menghidupkan semua HP ( kalau tidak digunakan di Kantor, saya matikan, daripada merepotkan ) menyalakan PC dan Laptop, memeriksa e-mail masuk. Jam 7.45 teman-teman dari kantor cabang menelepon untuk melakukan transaksi antar kantor cabang, keluhan-keluhan terhadap Salary, Kantor cabang yang lain menyapa lewat Radio Komunikasi ( Wilayah Kantor Cabang Yang belum mendapat Signal seluler ), belum pindah tempat duduk, seorang pelanggan ( saya menyebut begitu untuk pengguna jasa Kantor kami ) datang, mengadukan keterlambatan pengiriman uangnya, sementara pengiriman uang via online sedang pending ( mungkin pihak Bank ada masalah dengan Kliring mereka ), saya hanya bisa menjawab keluhan secara standar “ akan kami usahakan secepatnya, pak, mohon bapak bersabar sampai saya mengirimkan resi pengiriman.” Tanpa melakukan hal-hal tekhnis sebelum adanya persetujuan pimpinan. Masih dalam pembicaraan dengan pelanggan, muncul SMS permohonan bantuan kerusakan software dari teman, yang harus ditangani segera......."
Cerita semacam ini tidak berlebihan, bahkan setiap hari terjadi di Firma-firma, kantor, bahkan Industri Rumah Tangga. Yang paling menekan atau menurunkan moral orang yang menjalani situasi ini setiap hari adalah, pengetahuan ekonomi yang membuat informasi semakin krusial, dan kebutuhan untuk membentuk pengetahuan ini dengan cepat atau kompetitor akan mengalahkan mereka (saya), dan akhirnya inilah yang terjadi. Tidak seperti stress generik yang muncul dari berbagai tuntutan subjektive terhadap pekerjaan dan kehidupan sehari-hari, overload informasi adalah hal nyata dan bisa diukur, dan jadinya... kita menyalahkan hal tersebut sebagai penyebab munculnya stress.
Ada 800 Milyar dokumen yang ada di internet, dan akan terus berkembang mengingat pertambahan sebesar 7,3 juta halaman perhari. Dunia Internet me-launching 2 Milyar gigabyte setahun, sebuah fenomena yang memungkinkan manusia membentuk informasi baru. Menurut informasi dari majalah Fortune, sebagian besar karyawannya melaporkan ketegangan dan hilangnya kepuasan dengan rekan sekerja, akibat stress yang diasosiasikan dengan kelebihan informasi yang diterima, banyak keputusan penting yang harus diambil menjadi tertunda dikarenakan banyaknya informasi yang masuk. Saya akan kembali membuat narasi :
"Kuartal kedua untuk menutup Buku Tahunan perusahaan, Seorang Manager cabang jatuh sakit, yang kemungkinan memerlukan rawat inap dalam jangka waktu panjang, CEO mengadakan rapat dadakan untuk menentukan pengganti si Manager Cabang, dalam voting fit and proper test yang dilakukan secara tertutup, suara terpecah dengan selisih yang sangat sedikit, pemenang voting betul-betul kompeten dalam pekerjaan, tinggal menunggu Surat pengangkatan. Setelah CEO bersantai di ruangannya, banyak SMS bermunculan, yang isinya menolak keputusan pengangkatan dengan alasan yang kuat, bahkan, protes secara terang-terangan dilakukan secara ter-organisir oleh sebagian Karyawan, Email berdatangan menunjukkan data dan fakta. Pengangkatan ditunda tanpa batas waktu yang ditentukan. Perusahaan tersebut merugi karena kebimbangan sang CEO.."
Walaupun cerita diatas terdengar krusial, Informasi tetap mutlak diperlukan, overload informasi tetap saja sebuah mitos. Informasi yang terbaik adalah harus didapatkan dengan cara paling primitif : Wawancara, Kunjungan Langsung, dan Bertanya dengan Narasumber yang tepat.
Amarah, stress, Frustasi, dan rasa khawatir juga merupakan bentuk informasi, mereka menjadi penghalang timbulnya pikiran kreatif dan kritis. Masalah utama di kalangan masyarakat kontemporer adalah, banyaknya orang yang salah mengira emosi (perasaan) sebagai pikiran. Kesulitan, sensasi, emosi, dan informasi adalah awal dari perjalanan heroik dari kehidupan nyata, bukan akhir dari segalanya. Keep in touch!, informasi yang terbaik adalah metainformation : “ informasi yang memperbaiki proses yang kita gunakan untuk berinteraksi dengan informasi ”
Pertanyaannya adalah : Aku terjaga/tercipta untuk kepentingan umat manusia. Lalu mengapa aku selalu merasa tidak puas jika aku melakukan pekerjaan yang memang harus aku lakukan?, dan selalu mencari-cari alasan mengapa aku dilahirkan ke dunia ini? ( Markus Aurelius)
Semoga menjadi renungan bermanfaat, salam dari Borneo barat!