SEPOTONG KISAH TENTANG DAYAK SIMPANG
Friday, May 2, 2014
2
comments
Sejarah Simpang bermula dari Tamak Rawank Batu Balawang ,Sukadana yang kini terletak di wilayah KKU[Kabupaten Kayong Utara).Di sanalah asal usul nenek moyang Suku Dayak Simpang. Gurak Tanah ,adalah nenek moyang pembentuk keturunan yang sekaligus penguasa wilayah Tamak Rawang yang pertama ,setelah nenek moyang suku Dayak Simpang menetap ratusan tahun di sana .
Pada masa pemerintahan Mangku Rurah ,keturunan ke 5 dan pengganti ke lima , mereka berpindah ke tanah Simpang disebabkan banyak masalah, antara lain ; pusat kerajaan Dayang Kutong menghimpit wilayah Tamak Rawangk ke laut , Di laut berkuasa Lanun(Bajak laut) yang sering menyerang ke daratan . Di daratan pinggir laut menetaplah orang-orang Tamak Rawangk. Orang -orang Tamak Rawang berpindah ke hulu.
Mereka menetap di daerah yang kini dikenal dengan nama wilayah Simpang . Itulah asal usul suku Dayak Simpang .Di tanah Simpang mereka mendirikan perkampungan perkampungan yang teratur dan tiap -tiap kampung dipimpin oleh pemimpin-pemimpin yang arif dan bijaksana mengatur adat joran ator lamaga dan tata kehidupan lainnya. Suku Dayak Simpang hidup dalam aturan adat joran nenek moyang yang kokoh dan turun temurun .
Setelah Suku Dayak Simpang menetap ratusan tahun di tanah Simpang ,di Bukang salah satu tempat menetap sub suku Dayak Simpang, datanglah beberapa orang yang menyebut dirinya Jawa Mantaram [Mataram), di daerah ini mereka dikenal dengan sebutan “Jawa Sosat kalah perang”. Mereka ada yang menikah dengan anak anak gadis suku Dayak Simpang.
Menurut gontak (Bukang) yang dituturkan ke penulis hanya tiga orang Jawa sosat yang diketahui di daerah ini; Pateh Karojan, Ria Ramancang dan Kek Torok. Pateh Karojan dan Ria Ramancang adalah pimpinan pasukan, sedangkan Kek Torok hanya prajurit biasa .
Mereka datang di Bukang –Kaminting (Bukang-Selantak) pada masa pemerintahan Ria Ramompas di Bukang –Kaminting. Kek Torok menikah dengan Bobat turunan ke 7 Suku Dayak Simpang , Bukang. Mereka memilih hidup di daerah Tarodok [Kaminting ,Selantak)
Di situlah bermula kisah yang sesungguhnya tentang Kek Torok ini . Setelah hidup puluhan tahun beliau mengetahui jalan dari pedalaman ke laut . Ternyata Botang Banyor (sungai Banjur) muaranya ke laut . Timbulah hasrat hati untuk balulang (berkunjung sesaat) ke tanah Jawa . Dalam kurun waktu puluhan tahun itu lahirlah 8 orang anak lelaki dari Bobat istrinya . Setelah meminta ijin pada istrinya untuk berlayar ke Jawa dan direstui mulailah beliau babaan ( menyiapkan kayu dan papan) untuk dijadikan perahu besar /biduk. Meskipun telah memilih hidup di pedalaman namun kerinduan akan tanah air yang terpaksa di tinggalkan memicu dia untuk giat siang malam membuat biduk demi tujuannya itu.
Salah satu motivasi beliau adalah pengadaan ogong gamal [gamelan) untuk daerah baru ,Bukang Kaminting dan tentunya rindu sanak famili .
Demi tujuan itu tak perduli siang atau malam mereka bekerja terus . Delapan orang anak bujangan cukup banyak tenaga untuk menuntaskan impiannya itu . Rencananya semua bahan yang telah jadi itu akan diangkut ke pinggir teluk Tarusak .Namun aral terjadi salah satu anak bujangnya meninggal karena sakit mendadak . Usaha terus dilakukan dalam menuntaskan rencana awal, Namun esok harinya meninggal lagi satu anak bujang kek Torok. Walaupun begitu pekerjaan terus dijalankan.
Kini pekerjaan tinggal dilakukan oleh mereka bertujuh ; ayah [Kek Torok) dan 6 bersaudara. Karena pada waktu itu belum dimengerti penyebab kematian hingga akhirnya ke delapan anak bujang nya meninggal semua. Kek Torok menjadi putus asa dalam upayanya ingin membuat perahu/biduk milik sendiri . Betepa tidak, kedelapan anak bujang nya meninggal setiap hari sehingga orang –orang menguburnya dalam satu lobang saja . Karena ada delapan manusia yang dikuburkan dalam satu lobang maka kuburan mereka dinamakan Tamak Tumpak Delapan(kuburan timpa delapan) di Tarodok, Dusun Selantak ,yang dahulu termasuk wilayah Bukang –Kaminting.
Kek Torok dan Nek Torok mengalami kepahitan teramat sangat kehilangan orang-orang yang sangat dikasihi . Dalam keputus asaan Kek Torok mengambil tabungan emas semuanya berjumlah satu copan [nyiru) lalu menumbuknya sampai halus dan mencurahkannya ke arong Tarodok [sungai Tarodok). Mereka berduapun berpindah selamanya ke Tolok Sawa meninggalkan kepedihan bersaksi dalam ongggokan tanah berisi darah daging terkasih mereka.
Tolok Sawa terletak di wilayah Dusun Karab sekarang ,kurang lebih delapan kilo meter dari Tarodok ke hulu . Di Karab /Tolok Sawa mereka memulai hidup, mencoba melupakan peristiwa tragis yang sungguh-sungguh nyata. Di sana lahirlah seorang anak perempuan yang mereka namakan Cinëë. Menjelang remaja anak mereka sangat rajin dan patuh ,apalagi kedua orang tuanya menceritakan kisah hidup yang pernah dialami .Sementara kedua orang tuanya bekerja Cinëë melaksanakan pekerjaan rumah dalam ketekunan.Kehadiran Cinëë yang sering pergi ke air menyebabkan seekor ular sawa/pyton selalu mengincarnya.Tak ayal suatu hari disaat orang tuanya pergi Cinëë pergi ke air namun belum sampai ke air ular sawa besar sekali mematuk dan menelannya dengan mudah tanpa bekas sedikitpun.
Tanpa curiga mereka datang dengan senyum mngingat anak gadis mereka tentu sudah menyiapkan nasi sayuran dan air minum seperti biasanya . Rumah terbuka ,mereka menyangka Cinëë ke air . Namun tak ada tanda tanda adanya kegiatan di rumah .Ternyata Cinëë tak ada .Dicari ke air,ke bawas ke tempat tetangga tak ada. Dicari ke kampung Karab, ke kampung Bukang juga tak ada. Kegelisahan yang baru muncu .Sanak saudara datang dan ikut mencari janan agar Cinëë ditemukan.
Pada hari ketiga terciumlah bau busuk . warga Paruak dan Tunggkup[Karab hulu) ikut mencari ke arah hilir Tolok Sawa dan menemukan seekor ular sawa besar melilit rumpun buluh dengan perut yang tertusuk rebung buluh yang tajam ujungnya dan dari situlah asal bau busuk itu.Ternyata rebung muda yang sangat tajam ujung[pucuk)nya sanggup menembus perut sawa yang diam kekenyangan itu. Orang-orang mengira tak lain pastilah Cinëë isi perut ular itu, ternyata setelah ular itu di bunuh dan dibelah perutnya memang seorang gadis dengan sebentuk gelang perak di patahan tangannya.
Tak lain tak bukan memang setelah diteliti dialah putri satu-satunya yang sangat dikasihi. Tragedi kedua yang kembali amat sangat menyayat hati siapapun yang berhati jernih.
Sayang tak disebutkan di mana Cinëë dikuburkan .Dengan hati yang hancur luluh, remuk redam dalam duka yang amat sangat mendalam pindahlah mereka ke Mpokng Kamoja, Dusun Bukang sekarang ,kurang lebih tiga kilo meter ke hilir dari Tolok Sawa.
Di Mpokng Kamoja ,setelah mendirikan tempat tinggal, Kek Torok nekat berlayar ke Tanah Jawa meninggalkan Nek Torok dan seorang pembantu laki-laki yang sulit menerima keberadaan orang lain( introvert/asosial atau sejenisnya ). Demi membantu Nek Torok sementara dia berlayar. Persiapan dilakukan, beliau hanya membawa kurat korang (sejenis jamur berukuran kecil, hidup di kayu-kayu yang sudah mati jenis tertentu, dan dijadikan bahan makanan dengan aneka resep, dengan rasa gurih dan manis walaupun tanpa bumbu) sebanyak 7 balanse (kantong anyaman dari daun rirang, kira-kira 20 kg) . Di jaman itu sudah ada jalan ke laut melalui sungai Banjur .
Dengan persetujuan Nek Torok berangkatla Kek Torok melalui Botang Banyor ,mlir ke malananau/Melano untuk menuju pelabuhan Panyukadana /Sukadana. Di sana ada kapal yang mampu berlayar sampai ke tanah Jawa . Tidak diketahui berapa lama beliau di tanah Jawa . Sementara di sana munculah tujuh orang pria yang gagah perkasa . Mereka medengar suara yang tak henti=hentinya bersenandung lirih nan sedih ,melantunkan lagu bararanti ( Kidung ratapan) .Ternyata seorang tua yang tunduk tanpa bergeming penuh kesedihan bararanti {melantunkan lagu sedih}
Melihat situasi seperti itu merekapun tanpa sungkan naik ke rumah di mana perempuan itu berada menanyakan situasi yang dialami perempuan itu. Beliau bercerita tentang riwayat awal mula yang pernah dialami dan situasi terakhir dimana suaminya sampai berlayar kembali ke tanah Jawa. Ketujuh orang itupun bercerita hal ihwal asal usul mereka . Mereka menuturkan asal usul mereka adalah keturunan Koling ( nenek moyang salah satu suku Dayak Kalimantan ). Melihat dan mendengar situasi yang dialami nek Torok maka prihatinlah mereka . Salah satu mereka[mungkin kesepakatan bersama mereka] salah satu mereka ngilum umpa /menggiling sirih pinang dan nganyulo umpa[memberinya ] ka ujong apang[ ujung mandau ] saat di mana sebelumnya mereka meludahi mulut nek Torok .Setelah peristiwa itu merekapun pergi tak diketahui tujuannya .Tak disadari mengandunglah nek Torok .
Di saat nek Torok mengandung datanglah kek Torok berlayar. Dalam perjalanan pulang berlayar beliau membawa beberapa perangkat gamelan . Kini masih Ada kampung yang menyimpan perangkat gamelen yang berasal dari kek Torok.Betapa setianya pria yang satu ini.Betapa tidak kehidupan yang yang sudah di ujung usia dan riwayat kepedihan yang dialami masih sanggup menemui jejak yang tak menguntungkan jalan hidup. Di saat datang nek Torok mengandung lagi. Demi cinta sejati. Jika tidak kenapa manusia yang satu ini mau kembali ?
Kek Torok amat sangat senang mendengar dan melihat nek Torok mengandung lagi. Beliau amat sangat girang hati dan memuja Duata sepenuh hati demi buah hati terakhir di ujung usia . Setelah cukup waktu melahirkanlah nek Torok.Putri cantik jelita nan mungil diberi nama Ranti. Dinamakan demikian karena jawaban dari--- bararanti---.(hasil doa dalam tangisan}. Setelah dewasa Ranti menikah dengan Buboh ( turunan ke 7 orang Bukang ,sub suku dayak Simpang)
Demikian cerita rakyat ini saya akhiri . Penutur/nara sumber keturunan ke 2o dari Tamak Rawang Batu Balawang(nenek moyang suku Dayak Simpang}. Keturunan ke 15 suku Dayak Simpang , keturunan ke 13 nek Torok. Pemilik blog keturunan ke 14 dari nek Torok .
.
2 comments:
mantap
Thanks link
Post a Comment