Global Visitor

Flag Counter

Smart Backlink

Free Auto Backlink - Gratis Backlink Otomatis

LOGOKU

LOGOKU

PEREMPUAN IBLIS

Posted by Unknown Wednesday, February 12, 2014 0 comments


Kisah ini bermula kurang lebih tahun 1800 an di jaman pemeri tahan Patingggi DUYUNG [ Bukang], tentang seorang perempuan Kanibal, inilah orang yang akan mengisi cerita saya berikut ini.
Sebagai orang pribumi dusun Bukang, saya berusaha mencari referensi yang memadai untuk bercerita secara valid dengan mencari narasumber yang terpercaya.
Alkisah, Pateh Lelek ( Tokoh Masyarakat Adat yang dianggap Raja dayak, pemimpin Bukang-Banjur, sebuah wilayah setingkat Desa, Kepala Suku ), berlayar ke tanah Jawa, perjalanan yang sangat jauh, sebab, dari dulu, tanah jawa dan kalimantan barat sudah memiliki hubungan perdagangan dan politik, dalam perjalanan itu, beliau membeli atau memperoleh sebuah lela/lila (meriam kecil terbuat dari tembaga), dalam perjalan pulang melewati Kerajaan Simpang/Kuala Simpang, Raja Simpang menginginkan Senjata tersebut untuk menambah persenjataan kerajaan Simpang, dengan tawar menawar harga yang berlangsung seru, pada akhirnya, Pateh Lelek tidak melepaskan Senjata Lela tersebut untuk ditukar dengan (atau dibeli) dengan apapun.

Dengan sebuah penawaran yang lebih menggiurkan, Raja Simpang berusaha mendapatkan Senjata tersebut, Raja menawarkan seorang Gadis Cantik bernama Nek Moh untuk ditukarkan, dan gadis tersebut tidak jelas asal usulnya, karena, seperti yang kita ketahui, dalam sebuah istana banyak terdapat budak sahaya, yang diperoleh dalam tawanan perang , invasi keluar wilayah dan atau dalam transaksi jualbeli budak ( ulun hamba sri raja dalam bahasa dayak). Setelah melihat gadis tersebut, Pateh Lelek merasa tertarik, dan proses pertukaran (trafficking??) terjadi. Senjatapun bertukar tangan dengan barter seorang gadis.
Setelah melewati perjalanan yang lumayan panjang dengan berjalan kaki melewati jalan setapak hutan belantara ( Kerajaan Simpang Berada di Matan, Sekarang Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat ), mereka sampai di kampung Bukang ( tanah kelahiran Pateh Lelek dan diriku penulis blog ini :D). Kecantikan Nek Moh tersebar luas, memikat dan menarik perhatian seorang pemuda bernama Menes ( Tokoh berikutnya ). Menes berusaha memikat gadis tersebut dan mencari perhatian Pateh Lelek, agar mendapat restu dari orang tua tersebut. Dan gayungpun bersambut, Nek Moh pun membalas cinta sang pemuda tersebut.
Dan pernikahan merekapun terjadi setelah mendapat restu Pateh Lelek, pernikahan dilakukan ditempat kediaman Pateh Lelek dengan acara adat yang seharusnya, kedua mempelai membina rumah tangga di sebuah tempat bernama Bangorapm, karena, keinginan hidup mandiri, dan mereka melahirkan anak-anak pelanjut keturunan layaknya keluarga normal lainnya. Setelah sekian lama menetap di Bangorapm, mereka berpindah ke suatu tempat bernama Sekutu, membesarkan anak-anak mereka dan menciptakan sebuah komunitas kecil, yang kemudian dikenal dan disebut dengan nama tonah bulan bintang, yang sampai hari ini tidak boleh didatangi oleh orang lain ( nanti pada akhir cerita akan saya jelaskan maksudnya ).
Setelah membina kehidupan rumah tangga sekian lama, Menes mulai mencium adanya sesuatu yang kurang beres, sabab, sang istri suka mengasingkan diri dari perhatiannya, awalnya, Menes tidak terlalu memperhatikan tingkah sang istri dikarenakan kesibukannya sebagai petani peladang dan pemburu binatang liar, layaknya orang Dayak kebanyakan pada zaman itu ( 1800-an).
Sebagai peladang, Menes memiliki rekan-rekan dari kampung lain sekitar, dari mereka, Menes mendengar cerita yang berkembang dari penduduk-penduduk sekitar Sekutu, cerita yang sering dia dengar adalah, bahwa, sering terjadi penculikan terhadap anak-anak, tanpa bekas dan jejak, yang dicurigai pertama kali adalah pengayauan dari sub suku dayak lain demi mencari kepala-kepala kayau. Menurut informasi dari para pengayau, setiap anak suku yang mengayau akan mengaku melakukan pengayauan setelah mereka mendapat kepala kayau, tapi, informasi tersebut tidak diperoleh darimanapun, misteri ini belum dapat dijelaskan. Dalam setiap tradisi mengayau, selalu ada penjelasannya, pelaku, korban, dan tempat kejadian akan segera diketahui demi sebuah pengumuman pembalasan dendam. Dalam misteri ini, tidak ada jejak atau petunjuk apapun yang tertinggal.
Keluarga Menes yang hidup agak jauh dari komunitas ramai ( dalam bahasa dayak disebut Dukoh /pedukuhan ) harus waspada, sebab mereka akan menjadi sasaran empuk, tanpa pertolongan, tanpa persenjataan memadai dan yang pasti kalah jumlah, kalau ada pengayauan ‘misterius’. Untuk menyikapi hal tersebut, Menes sebagai kepala keluarga berinisiatif membangun pertahanan, dengan menyingkirkan bangunan yang akan menghalangi pertahanan ataupun pelarian yang lazin dibuat di rumah betang ( Batang dalam bahasa Dayak Simpang )
Maka, suatu hari, bersama anak-anaknya yang beranjak remaja dan sebagian anaknya sudah berkeluarga dan memiliki anak ( sebagian anaknya sudah memisahkan diri dalam sekat rumah Batang), Menes membongkar bangunan yang kurang berfungsi dan memperkuat Bangunan utama, saat mereka membongkar tempat penyimpanan padi, mereka mencium bau pekasapm ( daging yang difermentasikan ), sewaktu diperiksa, mereka menemukan lengan utuh seorang anak, terkejutlah Menes dan anak-anaknya, mereka berusaha menyimpan rahasia itu dari orang diluar keluarga dan saling mencurigai satu sama lain, mengakibatkan rusaknya harmonisasi keluarga tersebut.
Sepandai-pandainya mereka menyimpan rahasia, akhirnya orang diluar komunitas Sekutu mendengar juga berita tersebut, dan mulai tersebar rumor bahwa, di Sekutu ada orang Buat ( kanibal) yang memakan anak-anak. Berita tersebut tentu saja membuat Menes marah, dan bila bertemu orang diluar komunitas, Menes akan membuat orang tersebut ketakutan dan tidak berani membuat omongan yang menyinggung masalah tersebut lagi.
Tahun demi tahun berlanjut, beranak cuculah Menes dan Nek Moh, makin besarlah komunitas tersebut, pada suatu ketika, hilanglah seorang anak dari komunitas tersebut, yang tak lain dari cucu Menes dan Nek Moh. Mereka berusaha mencari keberadaannya. Setelah melakukan pencarian yang panjang, kecurigaan mengarah pada satu tersangka utama, yaitu Nek Moh sendiri, sebab dengan bukti bahwa Nek Moh tertangkap basah sedang memakan daging manusia dengan tubuh anak-anak di tempat persembunyiannya disekitar Rumah Batang, sejak tertangkap basah, Nek Moh melarikan diri ke hutan. Kejadian itu tentu saja membuat gempar seluruh tanah Kerajaan, oleh Pateh Lelek, Nek Moh dijadikan buronan nomor satu, sebagai manusia luar gantang ( boleh diperlakukan sesuka hati ).

Dalam sebuah kesempatan, sekelompok pemburu menemukan Nek Moh sedang memasak daging manusia disebuah hutan, dan berhasil menikam dadanya dengan tombak berburu, sayang sekali, perempuan iblis yang telah memakan cucunya itu bisa sembuh dalam sekejap hanya dengan menekan bekas luka dengan penokan (tempat kapur sirih). Gagallah upaya mereka untuk membunuh Nek Moh.

Pateh Lelek sebagai Raja Bukang Banjur merasa bertanggungjawab atas ketidaknyamanan dan keamanan penduduk, setelah melakukan ritual pemanggilan sukma, Pateh Lelek berhasil mendatangkan Raga dan Sukma Nek Moh, berkat bantuan salah seorang cucunya, yang mengerti kelemahan Nek Moh, akhirnya Nek Moh terpancing untuk mengikuti mereka memanjat buah duku, dan diatas pohon, mereka memukul tubuh tua yang kontroversial itu dengan kayu yang berduri ( pamentong rukam ), nasib dan cerita tragis berakhir. Nek Moh mati ditangan cucunya sendiri.

cerita yang dimulai dengan penukaran atau pembelian manusia, kanibalisme, dan pembunuhan, serta diakhiri pembunuhan ini telah diketahui oleh turun temurun di kampungku, sebagai aib yang memalukan, dan jangan sampai terjadi lagi.

wilayah sekutu sampai sekarang masih terisolasi, karena, apabila ada orang yang menginjakkan kaki di tonah bulan bintang, maka dia akan dirasuki oleh roh kanibal.

sekian dulu postingan kali ini, semoga "menghibur".
narasumber : Simon Itang/ Kek Padong (Masih hidup sampai sekarang, yang jelas narasumber bukan kanibal.. hahahahahahahaha :D)



Read More..

FAIR

FAIR

NETWORKED BLOGS

Labels